Enam Strategi untuk Guru Anak Usia Dini Di Abad 21
Bukan rahasia lagi bahwa wajah pendidikan telah berubah secara dramatis selama sekitar sepuluh tahun terakhir. Para guru di seluruh negeri bekerja keras untuk membekali anak-anak dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di dunia abad ke-21. Selain menanamkan pada siswa fleksibilitas untuk siap beradaptasi dengan perubahan teknologi, guru harus mengembangkan lingkungan belajar yang mendorong pemikiran kritis, kreativitas, penyelesaian masalah, komunikasi, kolaborasi, kesadaran global, dan tanggung jawab sosial. Di bawah ini adalah enam strategi yang digunakan guru PAUD di kelas untuk mempersiapkan anak-anak untuk masa depan yang tak terbatas di masa depan.
1) TEKNOLOGI TERPADU
Anak muda saat ini dilahirkan di zaman Internet. Banyak yang secara teknologi lebih paham daripada orang dewasa yang ditugaskan untuk mengajar mereka. Untuk terhubung dengan anak-anak ini, guru harus belajar berbicara bahasa mereka dan menjadi fasih dengan teknologi yang begitu alami bagi kaum muda. Mengintegrasikan teknologi berarti memanfaatkan minat siswa dan memperkuat keterampilan teknis mereka, semuanya sambil memberikan kesempatan belajar yang memperkaya. Seperti halnya perkembangan baru, banyak guru, ingin mengikuti mode terbaru, cukup dengan mengikuti gerakan mengintegrasikan teknologi. Namun, jika mereka ingin berhasil dengan itu, mereka membutuhkan lebih dari gerakan - mereka membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang alat yang tersedia, serta refleksi yang bermakna tentang bagaimana menggunakannya untuk meningkatkan pembelajaran. Selain itu, peningkatan konektivitas yang menyertai teknologi ini menjadikannya penting bahwa para guru menekankan pentingnya keamanan Internet.
2) STRUKTUR PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Instruksi yang berpusat pada guru telah mencapai masanya. Guru yang efektif semakin menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran kooperatif memicu keterlibatan di dalam kelas dengan mendorong interaksi di antara para siswa itu sendiri. Guru, daripada memanggil satu siswa pada satu waktu, memungkinkan anak untuk mendiskusikan materi kelas dengan teman atau dalam kelompok, sehingga memaksimalkan tingkat partisipasi. Para siswa bekerja sama kerasnya dengan para guru. Bukan lagi pertunjukan tunggal, peran guru menjadi fasilitator. Ini, pada gilirannya, mengarah pada pencapaian yang lebih tinggi, sambil mempromosikan pembangunan tim dan kelas.
3) INSTRUKSI YANG BERBEDA
Guru dapat menyesuaikan pengalaman belajar untuk membedakan antara kebutuhan individu siswa di kelas. Ada tiga gaya belajar utama: visual, auditori dan kinestetik. Gaya Belajar Kognitif Anak menggambarkan karakteristik peserta didik ini serta jenis kegiatan di mana mereka berkembang dengan baik, dengan peringatan bahwa hanya gaya belajar yang dijelaskan, untuk dibedakan dari gaya kognitif (holistik, analitik, tergantung pada lapangan). , dll.). Guru juga dapat membedakan dengan menyelaraskan tugas dengan tingkat kesiapan, menawarkan intervensi yang sesuai atau kegiatan penyuluhan sesuai kebutuhan. Mengizinkan anak memilih kegiatan berdasarkan bidang yang diminati adalah cara lain yang bagus untuk membedakan. Menawarkan pilihan adalah motivator yang sangat baik untuk anak-anak. Pekerjaan kelompok kecil adalah salah satu cara paling efektif untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam di lingkungan kelas besar.
4) PENGATURAN TUJUAN
Melibatkan anak-anak dalam proses penetapan tujuan adalah cara terbaik untuk mendorong mereka mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka. Pada tahap awal, penetapan tujuan perlu dilakukan dengan cara yang sangat jelas dan sederhana - misalnya, percakapan dua arah yang sering dengan anak-anak tentang kemajuan mereka di bidang tertentu. Guru selanjutnya dapat memfasilitasi penetapan tujuan melalui penggunaan panitia, bagan jangkar dan bantuan serupa.
5) PENGAJARAN LINTAS KURIKULUM
Berbeda dengan pengajaran tradisional mata pelajaran dalam isolasi, mengajar banyak mata pelajaran secara bersamaan dapat membantu siswa lebih jauh dalam mempelajari konsep dan keterampilan. Secara alami, pendekatan ini meminta lebih dari guru. Mudah untuk menggabungkan konten matematika, sains, atau studi sosial dengan membaca atau menulis. Namun, lebih menantang untuk menggabungkan semua subjek sekaligus. Berikut adalah beberapa pendekatan utama untuk pembelajaran simultan. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan anak-anak yang melaksanakan proyek yang berakhir dengan semacam hasil nyata. Pembelajaran berbasis masalah meminta guru untuk membimbing anak-anak dalam mengembangkan solusi untuk masalah dunia nyata. Dalam pembelajaran berbasis inkuiri, anak-anak menghasilkan pertanyaan mereka sendiri sesuai dengan keingintahuan atau minat mereka, yang kemudian mereka selidiki. Metode ini bekerja sangat baik karena guru tidak hanya memberi tahu siswa apa yang harus mereka ketahui, tetapi sebaliknya mereka melibatkan anak-anak dalam mengeksplorasi dan mengungkap informasi dengan cara yang lebih bermakna di mana semua mata pelajaran ikut bermain bersama.
6) PENILAIAN UNTUK BELAJAR
Penilaian untuk Belajar, atau Penilaian Formatif, adalah proses pengumpulan data yang digunakan oleh guru untuk membantu mereka menyesuaikan instruksi agar sesuai dengan kebutuhan siswa. Penilaian sumatif tidak selalu memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang diketahui siswa. Selain itu, pada saat data dikumpulkan, semuanya sudah terlambat! Guru sudah pindah ke tujuan berikutnya, meninggalkan banyak siswa di belakang yang belum sepenuhnya memahami konten sebelumnya. Untuk mencegah masalah ini, guru dapat memantau bagaimana anak-anak belajar ketika mereka mengajar, menggunakan pengamatan, strategi bertanya, diskusi kelas, tiket keluar, catatan pembelajaran, penilaian teman sebaya, penilaian diri sendiri, dan pekerjaan batu tulis, di antara metode lain. Guru dapat mengukur kemajuan individu, kelompok, atau seluruh kelas, dan mereka dapat menyesuaikan proses dengan mendukung atau menantang siswa sesuai kebutuhan.

 
 
 
Comments
Post a Comment